Pakpak.WahanaNews.co, Salak - Sejumlah massa mengatasnamakan Gabungan Masyarakat Pakpak Bharat, berunjukrasa di depan Kantor Bupati Pakpak Bharat, Sumatera Utara, Senin (6/11/2023).
Pengunjukrasa membawa spanduk, poster, untuk menyuarakan tuntutannya. Sempat terjadi sedikit benturan antara pengunjukrasa dengan petugas kepolisian yang mengamankan jalannya unjukrasa itu.
Baca Juga:
Bersama Polres Metro Depok dan Kodim 0508, Pemkot Siap Gelar Patroli Larang SORT
Pasalnya, massa memaksa masuk ke kantor bupati meminta untuk berdialog langsung dengan Bupati Pakpak Bharat Franc Bernhard Tumanggor.
Tidak berhasil bertemu dengan bupati, pengunjukrasa mengalihkan aksinya ke gedung DPRD Pakpak Bharat, yang berdekatan dengan kantor bupati.
Di lokasi itu, melalui pengereras suara, orator aksi Salman Berutu dalam orasinya menyampaikan beberapa tuntutan terkait rasa kecewa masyarakat adanya kandang ayam mirip miniatur rumah adat Pakpak dipajang di depan kantor bupati dan meminta kandang itu segera disingkirkan.
Baca Juga:
Damkar Bogor Selamatkan Kucing yang Terjebak 5 Hari di Plafon
Pengunjukrasa juga meminta kepada Polres Pakpak Bharat untuk tidak main-main dalam menangani sejumlah laporan masyarakat terkait adanya dugaan penyelewengan uang negara, pengadaan pengering jagung TA 2021 bernilai Rp 1,7 miliar, yang saat ini telah ditangani Polres Pakpak Bharat.
"Kami minta Polres Pakpak Bharat jangan main-main dalam hal menangani pengering jagung ini, menangani korupsi polisi tidak boleh diinterfensi pihak manapun," kata Salman.
Di lokasi itu, tampak menemui dan berdialog dengan pengunjukrasa, Ketua DPRD Ramses Tumangger, Wakil Ketua Mansehat Manik, anggota Parulian Boangmenalu, Darwis Boangmenalu, Ronal Lubis, Sekda Jalan Berutu didampingi beberapa pimpinan OPD.
Terkait tuntutan untuk membuang kandang ayam dimaksud, Mansehat berjanji memberi waktu tiga hari terhitung sejak Senin (6/11/2023).
"Kalau tidak dibuang, kita akan sama-sama membuangnya," kata politisi Partai Gerindra itu.
Menanggapi, Sekda Jalan Berutu menyebut akan kordinasi dengan pimpinan yang lebih tinggi.
Setelah menyampaikan semua tuntutannya, massa pun membubarkan diri dengan tertib.
[Redaktur: Robert Panggabean]