WahanaNews-Pakpak Bharat | Bupati Pakpak Bharat, Sumatera Utara, Franc Bernhard Tumanggor mengunjungi kawasan hutan kayu kapur di Kecamatan Pagindar, Kabupaten Pakpak Bharat, Minggu (03/07/2022).
Turut dalam rombongan, tim peneliti dan tenaga ilmiah serta tim dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Tim bertolak dari kantor Bupati Pakpak Bharat mengambil rute Salak-Lagan-Pagindar.
Baca Juga:
Ridwan Kamil Janji Bereskan Masalah Tempat Ibadah dan Jamin Keadilan Sosial di Jakarta
Keterangan Diskominfo Pakpak Bharat, ekpedisi itu merupakan bagian dari upaya penyelamatan hutan kapur dan kemenyan menuju geopark internasional, yang dibentuk atas kerjasama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pakpak Bharat dengan Universitas Negeri Medan (Unimed).
Ribuan pohon kapur dan kemenyan masih tersimpan dikawasan itu dan ditengarai akan mengalami kepunahan bila tidak dijaga dan dilestarikan sejak saat ini.
"Perjalanan hari ini adalah untuk memperkenalkan keberadaan dan potensi kayu kapur dan kemenyan yang banyak kita temui diwilayah ini. Kedepannya lokasi ini akan kita jadikan sebagai kawasan dan destinasi wisata alam. Pohon-pohon kapur ini akan kita lestarikan dan jaga," kata Franc di lokasi.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Franc berharap dengan adanya kerjasama dimaksud, akan bisa lebih mengangkat serta menambah nilai ekonomi masyarakat. Diketahui bersama sejak lama bahwa kayu kapur dan kemenyan dari Pakpak Bharat sudah dikenal dunia sejak ribuan tahun lalu.
"Ini bisa dibuktikan dengan adanya jejak perdagangan kuno di Barus dengan komoditi perdagangan utama berupa kapur, kemenyan, ombil dan sebagainya yang nota bene berasal dari Pakpak Bharat saat ini," ungkap Franc.
Prof. Umar Zein, salah seorang peneliti yang ikut dalam rombongan itu mengungkapkan rasa takjub dan kagum atas keberadaan pohon-pohon purba di lokasi itu.
"Sungguh seperti mimpi saja rasanya, menyaksikan ribuan pohon purba yang telah melegenda sejak ribuan tahun lalu," katanya.
Diketahui, kayu kapur merupakan jenis kayu perdagangan dan juga menghasilkan produk non kayu berupa getah kristal yang popular dengan sebutan kapur atau kamper serta minyak kapur yang popular disebut ombil.
Bersama kemenyan, komoditi ini telah lama menjadi incaran para pedagang dunia karena memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Dalam kisah perdagangan kuno, kapur dan kemenyan ini menjadi salah satu komoditi yang paling diminati diberbagai belahan dunia termasuk Mesir yang konon menggunakan kapur dan kemenyan sebagai bahan pengawet pada mumi.
Turut dalam kegiatan itu, Wakil Bupati Pakpak Bharat Mutsyuhito Solin, Ketua TP Ny. Juniatry Franc Tumanggor, Ketua Pokja Bunda Paud Sri Minda Murni, sejumlah peneliti dan tenaga ilmiah dari Dinas Kehutanan Sumatera Utara, peneliti dan tenaga ilmiah dari Universitas Negeri Medan, jurnalis dan wartawan serta sejumlah undangan lainnya.
"Kedepannya kita akan membangun sebuah galleri yang nantinya akan kita gunakan sebagai sarana memperkenalkan kapur dan kemenyan dari Pakpak Bharat kepada masyarakat umum," kata Mutsyuhito di lokasi.
Dalam perjalanan itu juga dilakukan diskusi tentang upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan kapur dan kemenyan serta produk hutan lainnya. [gbe]