Hal itu disebabkan kondisi alam Pakpak Barat yang memiliki keterbatasan infrastruktur, seperti minimnya akses kepada listrik dan internet.
Hal itu menyebabkan hanya 25-30 persen siswa Pakpak Bharat yang bisa mengikuti PJJ secara daring. Sisanya harus belajar di luar jaringan (luring). Guru harus mendatangi rumah orangtua siswa satu-persatu agar anak-anak bisa ikut belajar.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Situasi demikian tidak pernah dihadapi guru-guru Pakpak Bharat sebelumnya. Sehingga wajar kalau mereka kebingungan di awal pandemi.
"Disinilah pentingnya pelatihan dan pendampingan diberikan kepada guru. Hanya dengan adanya pelatihan dan pendampingan, guru mampu menjalankan PJJ sesuai kondisi Pakpak Bharat," kata Nurlaila.[gbe]