PAKPAK.WAHANANEWS.CO, Salak - Suku Pakpak dapat dibagi menjadi 5 kelompok, berdasarkan wilayah komunitas marga dan dialek bahasanya.
Mengutip laman dispar.pakpakbharatkab.go.id, berikut kelima wilayah itu.
Baca Juga:
Direktur Pemberitaan JAK TV Diduga Terima Suap untuk Serang Kejagung
1. Pakpak Simsim, yakni orang Pakpak yang menetap dan memiliki hak ulayat di daerah Simsim. Marganya, antara lain, Berutu, Banurea, Sinamo, Boangmanalu, Padang, Sitakar, Manik, Lingga, Tinendung, Kabeaken, Limbong, Cibro, Solin dan lainnya.
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Pakpak Keppas, yakni orang Pakpak yang menetap dan berdialek Keppas. Antara lain marga, Ujung, Angkat, Bintang, Capah, Bako, Kudadiri, Maha, Gajah Manik, Gajah, dan lainnya.
Baca Juga:
Wabup Dairi Bersama Anggota DPRD Sumut Tinjau Pasar Sumbul
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang di Kabupaten Dairi.
3. Pakpak Pegagan, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Pegagan. Antara lain marga Lingga, Maibang, Matanari, Manik Siketang dan lainnya.
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Kecamatan Tigalingga di Kabupaten Dairi.
4. Pakpak Kelasen, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Kelasen. Antara lain marga, Tumangger, Anakampun, Siketang, Kesogihen, Tinambunan, Maharaja, Meka, Mungkur dan lainnya.
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat (di Kabupaten Humbang Hasundutan), serta Kecamatan Barus (di Kabupaten Tapanuli Tengah).
5. Pakpak Boang, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Boang. Antara lain marga Sambo, Penarik, dan Saraan. Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam).
Berikut ini adalah marga-marga pada suku Pakpak.
Anakampun, Angkat, Bako, Bancin, Banurea, Berampu, Berasa, Beringin, Berutu, Bintang, Boangmanalu, Capah, Ceun, Dabutar, Cibro, Gajah Manik, Gajah.
Kabeaken, Kesogihen, Kaloko, Kombih, Kudadiri, Lembeng, Lingga, Maha, Pinayungen, Maharaja, Manik, Matanari, Meka.
Maibang, Mungkur, Padang, Padang Batanghari (BTH), Pasi, Penarik, Pinayungan, Pohan, Sambo, Saraan, Sagala, Sikettang, Sinamo, Sitakar, Sitongkir, Solin, Saing, Tendang, Tinambunan, Tinendung, Tumangger, Turutan, Ujung.
Meskipun oleh para antropolog orang-orang Pakpak dimasukkan sebagai salah satu sub etnis Batak di samping Toba, Mandailing, Simalungun, dan Karo. Namun, orang-orang Pakpak mempunyai versi sendiri tentang asal-usul jatidirinya.
Berkaitan dengan hal tersebut sumber-sumber tutur menyebutkan antara lain (Sinuhaji dan Hasanuddin,1999/2000:16): keberadaan orang-orang Simbelo, Simbacang, Siratak, dan Purbaji yang dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum kedatangan orang-orang Pakpak.
Penduduk awal daerah Pakpak adalah orang-orang yang bernama Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-ilang, dan Purbaji.
Dalam lapiken/laklak (buku berbahan kulit kayu) disebutkan penduduk pertama daerah Pakpak adalah pendatang dari India yang memakai rakit kayu besar yang terdampar di Barus.
Persebaran orang-orang Pakpak Boang dari daerah Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan Pegagan.
Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir barat Sumatera, tepatnya di Barus, yang kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat.
Berdasarkan sumber tutur serta sejumlah nama marga Pakpak yang mengandung unsur keindiaan (Lingga, Maha, dan Maharaja), boleh jadi di masa lalu memang pernah terjadi kontak antara penduduk pribumi Pakpak dengan para pendatang dari India.
Jejak kontak itu tentunya tidak hanya dibuktikan lewat dua hal tersebut, dibutuhkan data lain yang lebih kuat untuk mendukung dugaan tadi.
Oleh karena itu maka pengamatan terhadap produk-produk budaya baik yang tangible maupun intangible diperlukan untuk memaparkan fakta adanya kontak tersebut.
Selain itu, waktu, tempat terjadinya kontak, dan bentuk kontak yang bagaimanakah yang mengakibatkan wujud budaya dan tradisi masyarakat Pakpak sebagaimana adanya saat ini.
Untuk itu diperlukan teori-teori yang relevan untuk menjelaskan sejumlah fenomena budaya yang ada.
Jumlah etnis Pakpak sekarang ini baik yang bertempat tinggal di Pakpak maupun di luar Pakpak lebih kurang 500.000 orang.
Adapun dari masing-masing tersebut diatas adalah sebagai berikut:
a. Si Haji dengan keturunannya bermaga Padang, Brutu dan Solin.
b. Si Raja Pako tempat di Sicike-cike dengan keturunannya Marga Ujung Angkat, Bintang Capah, Sinamo, Kudadiri dan Gajah Manik (Si Pitu Marga)
c. Pubada dengan keturunannya Manik, Beringin, Tendang, Bunurea, Gajah, Siberasa.
d. Ranggar djodi
e. Mbello (Perbaju bigo) Menurut kisah telah tenggelam oleh suatu peristiwa.
f. SANGGIR dengan keturunannya Tumangger, Tinambunan, Anakampun, Meka, Mungkur, Pasi, Pinayungen.
[Redaktur: Robert Panggabean]