Pakpak.WahanaNews.co, Medan - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) melaksanakan Focus Group Discussion (FGD), persiapan rencana kontingensi gempa bumi, di Swiss Bellin Gajah Mada Medan, Selasa (7/11/2023).
Keterangan pers diterima WahanaNews.co, dalam acara tersebut, beberapa pihak dihadirkan seperti TNI-Polri, Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, BPBD, Disdukcapil, BMKG, dan beberapa stakeholder dari kantor dinas lainnya serta konsultan swasta.
Baca Juga:
Terminal Kalideres Cek Kelayakan Bus AKAP Menjelang Nataru
Diskusi tersebut membahas suatu SOP penanganan bencana yang berbeda dan disatukan dalam suatu rencana kotingensi terhadap bencana gempa bumi.
Narasumber utama, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan Hendro Nugroho dalam paparannya secara lugas menggambarkan kondisi kegempaan di wilayah Sumut.
Secara tektonik, wilayah Sumut berada pada jalur patahan aktif Sumatera dan zona megathrust Nias. Patahan Sumatra memiliki tiga segmentasi yaitu Renun, Toru dan Angkola yang mana laju geser nya 1-2 cm/tahun dengan pergerakan menganan (dekstral).
Baca Juga:
Ketum TP PKK Pusat Survei Persiapan Operasi Katarak di RSUD Kalideres
Sedangkan, zona megathrust terbentuk dari penunjaman lempeng oseanik aktif Indo-Australia kebawah lempeng kontinen aktif Eurasia dengan laju pergerakan 5-6 cm/tahun yang mana membentuk zona subduksi aktif.
Zona subduksi itu telah membangkitkan tsunami pada tahun 2004 dan 2005 dengan Magnitudo 9.0 dan 8.5 dan menimbulkan kerusakan cukup luas di Sumatera Utara.
Hendro juga menggambarkan skenario terburuk dari tiga sesar aktif (Renun, Toru dan Angkola) dengan magnitudo 7 yang menghasilkan skala intensitas (MMI) 5-8.
Selain itu, skenario gempa megathrust dengan magnitudo 8.2 akan menghasilkan skala MMI 5-9. Hendro menjelaskan bahwa dengan skenario ini, sudah cukup jelas kota dan kabupaten di wilayah Sumut sangat rawan akan gempa bumi.
Selain itu, seismologist Pusat Gempa Regional (PGR) wilayah I Indonesia menambahkan bahwa efek dari sesar aktif seperti sesar Toru telah mengakibatkan kerusakan luas di Tarutung dan sekitarnya dan perlu tindakan kontingensi antar pihak.
Ditambahkan bahwa PGR 1 mencatat kenaikan signifikan aktivitas gempa bumi dalam lima tahun terakhir di wilayah Sumut. Secara geologi, banyak daerah di Sumut berdiri diatas sedimen lunak atau alluvial sehingga akan memicu kerusakan parah yang ditambah dengan struktur bangunan yang tidak layak.
Semua pihak diminta ikut berpartisipasi aktif dalam langkah mitigasi bencana gempa kedepannya. Masyarakat dihimbau tidak terpengaruh informasi hoax terkait gempa bumi.
BMKG Medan memiliki sistem monitoring gempa yang baik dan aktif selama 24 jam dan 1-7 menit akan diinformasikan kepada masyarakat dan pemerintah.
[Redaktur : Tumpal Alfredo Gultom]