Begitu juga dengan ketersediaan air yang semakin terbatas dan kualitasnyapun yang semakin menurun, juga menjadi penyebab terus anjloknya produksi pertanian.
Ditambah lagi, fenomena El Nino dan La Nina sangat berpengaruh terhadap siklus iklim yang secara otomatis menyebabkan bergesernya jadwal tanam berbagai komoditi pertanian serta kemungkinan terjadi gagal panen.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
"Hal tersebut bisa diantisipasi bila dampak perubahan iklim makin disesuaikan dengan kehidupan sekarang sehingga kemungkinan gagal panen bisa ditekan," kata Muhtar.
Terpisah, Kepala BMKG Wilayah I, Hendro Nugroho menambahkan bahwa perubahan iklim mencakup berbagai aspek, termasuk peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, kenaikan permukaan air laut, serta dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.
Dampak lingkungan yang paling krusial akhir-akhir ini yaitu mencairnya gletser atau lapisan es tropis di Puncak Jaya, Papua.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Hendro menjelaskan bahwa gletser berlokadi pada ketinggian 4.884 MDPL tetapi bisa menyusut hingga 98 persen, dari 19,3 kilometer persegi di tahun 1850 menjadi hanya 0,23 kilometer persegi di April 2022.
Secara global, seluruh negara memiliki kesepakatan bahwa batas kenaikan suhu rata-rata di angka 1,5 °C pada 2030. Namun faktanya, saat ini kenaikan suhu melaju lebih cepat dan sudah mencapai kenaikan 1,45°C di atas suhu rata-rata di masa pra-industri.
BMKG mencatat secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020.